"Respon sesesorang bisa jadi adalah salah satu indikator untuk mengukur kedewasaannya"
Beberapa saat yang lalu, aku dibuat tertawa karena ujian akhir semester yang sangat seru. Bukan tertawa karena mengejek atau tertawa yang ku buat-buat dengan terpaksa, sungguh ini tawa yang alami. Ujian online yang begitu dinanti oleh ratusan mahasiswa seangkatan di kampusku ini, telah membuat jantung dag dig dug atas banyak debar alasan. Ada debar karena penasaran sama si tuan-tuan soal, ada yang debar karena terus gagal koneksi, dan masih banyak debar-debar yang lain.
Semenit, dua menit, dan akhirnya bermenit-menit. Tapi si tuan soal gak kunjung-kunjung muncul. Udah pada ngetuk pintu, eh dia malah sembunyi, berkali-kali. Dan akhirnya kabar luar biasa datang, "mohon maaf, ujian diundur lagi". Yup, kedua kalinya kami gagal berkencan dengan si tuan-tuan soal di mata kuliah ini, sungguh menakjubkan.
Aku tertawa menikmatinya.. Sungguh, ini tawa yang alami. Buatku, kalaupun diundur ya sudah, toh pastinya penanggung jawab sendiri sebenarnya tak mau mengundurnya, hanya saja si abang server lagi tak bersahabat.
Keseruan itu pun semakin menggelinding, tak kalah para peserta jadi kehilangan arah gara-gara gagal kencan dengan tuan soal. Yup.. time line media sosial full. Membacanya ada yang membuat tersenyum, tertawa, bahkan kagum dengan kebijakan dari para penggunggahnya. Dari sekian status yang bertebaran itu, tiba-tiba muncul di benak saya "Respon seseorang bisa jadi adalah salah satu indikator mengukur kedewasaannya". Ya, Responmu, Bukti Kedewasaanmu. Begitulah kiranya yang sempat terlintas di pikiran ini.
Setiap manusia pasti punya masalah, diuji dengan ujian yang berbeda-beda atau mungkin sama. Dan setiap manusia punya penyikapan yang berbeda-beda terhadap masalah yang menghampiri. Ada yang mengeluh, mengumpat, menerima, sabar, dan bermacam-macam respon. Semuanya memang tergantung kepada yang memiliki masalah, ingin menyikapinya seperti apa.
Menjadi dewasa, itu pilihan.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar