Minggu, 05 Januari 2014

Aku Ingin Terbang Bebas

Aku ingin terbang bebas ke angkasa, tapi tidak menggunakan baling-baling bambu seperti doraemon. Aku ingin terbang dengan sayapku sendiri..

Mungkin itulah yang dipikirkannya, burung kecil yang beberapa menit lagi hidupnya akan berakhir di caplokan hewan melata yang telah lama puasa itu. Seperti manusia yang hendak menunggu hukuman gantung, pastilah ia merasakan ketakutan amat perih di sanubarinya. Aku tak tahu, apakah ia akhirnya merelakan kematiannya sebagai wujud pengabdian untuk menjadi santapan. Mengakhiri cerita hidupnya dengan pemberhentian di perut sang ular yang kini terlihat menggeliat kelaparan.


Tapi ternyata kisah ini tak (jadi) berujung tragis untuk si burung kecil. Keberaniannya yang tinggi atas kekuatan naluri untuk bebas lah yang mungkin membuatnya memutuskan untuk menerobos kantong kertas berwana coklat itu. Akhirnya, beberapa detik kemudian terjadilah pergulatan seru antara burung kecil dan sang tuan pemilik ular. Detik pertama, burung kecil hanya bisa menjangkau markas Saraswati yang terletak hanya setengah meter saja dengan markas sang tuan pemilik ular. Bermula dari itu, kejar-kejaran pun terjadi seru di dalam markas Saraswati. Burung kecil tak goyah untuk melanjutkan keputusannya meloloskan diri, begitu pula dengan sang tuan ular yang dengan gigih mengejarnya. Berputar dan terus perputar mencari jalan keluar, akhirnya si burung kecil pun berhasil menemukan lubang angin yang kemudian membantunya terbang bebas ke angkasa, meninggalkan sang tuan pemilik ular yang mendesah kesal bersama peliharaannya yang gagal menyantapnya.

Apa yang bisa kau pelajari dari cerita ini, kawan?

Ya, sebuah keberanian!

Seringkali, kebanyakan manusia, lebih memilih berlindung pada ketakutannya yang akhirnya membuat dia pasrah dalam keadaan yang tidak mengenakkannya, tanpa berani mencoba untuk keluar menikmati kebebasan. Terlalu takut dengan kelemahan, tak akan bisa membuat kita bertumbuh menjadi lebih baik.. Terkukung dengan status, jurusan, profesi yang tidak sesuai dengan hati, dengan passion yang dimiliki, namun tetap memilih diam dan mengkultuskannya sebagai sebuah takdir.

Hei, kawan.. apakah sebuah ketidaknyamanan itu bisa kau terima dengan lapang dada sebagai sebuah takdir? Padahal pilihan untuk mengubah masih ada?

Tuhan pun telah berfirman dalam kitab suci-Nya, bahwa Dia tak akan mengubah nasib hamba-Nya kecuali hamba-Nya sendiri yang berusaha untuk mengubahnya. Lalu, bukankah itu sebuah kesempatan? Kesempatan bahwa Tuhan akan memberi sesuai dengan apa yang kita usahakan.

Jangan terburu-buru mengatakan tidak mampu, bila kita belum sungguh-sungguh berusaha mewujudkannya..

Selalu optimis! Nikmati setiap aktivitas yang kita kerjakan.. Lakukanlah dengan hati :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar