Minggu, 12 Oktober 2014

Berjumpa via Aksara

aku di sini dan kau di sana
hanya berjumpa via "aksara"
namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa.. *
Pertemuan sekalipun direncakanan, terkadang juga tak menemui titiknya. Karena bagaimanapun, manusia yang berencana, Tuhan yang menuliskan takdirnya. Sekali Tuhan menakdirkan terjadi, maka terjadilah. Siapa yang bisa mengelak atas kehendak-Nya? tidak ada.

Siapa yang menyangka, lewat aksara yang kita baca bisa menerbitkan rasa suka. Dimensi tak bersuara, namun mampu membuai hati, hingga bagian terdalam sekalipun.
Apakah itu semata-mata karena potensi manusia? tentu tidak. Ada kuasa-Nya yang menggerakkan hati untuk merasakan suka terhadap sesuatu. Karena bila hati kita mati, mustahil sekali kita akan mampu menyukai ataupun sekedar simpati.

Menunggu seringkali berkawan dengan rindu. lantas kemudian bercerai ketika kata tunggu telah berubah jadi temu. Namun hal itu tak senyatanya terus begitu. Terkadang pertemuan justru awal terbit rindu yang berikutnya. Karena pertemuan tak semua mengisahkan tentang penyatuan. Seringkali perpisahan justru jadi kata penutup dari sebuah pertemuan. Tak mengenakkan memang.

Hmm.. menunggu, bertemu, memiliki, kehilangan.. Semuanya memiliki rasanya masing-masing.

Satu yang penting kita ingat. Segala upaya yang kita lakukan, segala rasa yang hinggap bahkan menetap di hati, sudah selayaknya kita pasrahkan pada yang Maha Mengatur segala sesuatu.

"Apalah arti memiliki, ketika jasad kita saja bukan milik kita sendiri?" (Tere Liye)

*sedikit menggubah dari cuplikan lagu Dekat di Hati karya RAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar